INVESTIGASINEWS.CO
SIAK-MINAS. Gedung museum suku sakai yang dibangun pada tahun 2014 silam oleh dinas Pendidikan & kebudayaan kabupaten siak di kecamatan Minas, menelan biaya hampir 1 miliar rupiah ini, terkesan mubazir dan hingga kini tidak difungsikan sama sekali oleh pemerintah kabupaten siak. Ada apa?
Hasil tinjauan langsung INVESTIGASINEWS.CO di lokasi gedung, Sabtu 10/02/2018, tampak jelas bahwa bangunan gedung tersebut belum bisa dikatakan rampung 100%. Tampak juga plapon ada yang belum terpasang bahkan sudah ada yang rusak akibat tidak di rawat. Engsel pintu juga belum terpasang dan tangga musium pun belum di relif sama sekali. Sangat terkesan pembangunannya asal jadi saja.
Bangunan tersebut itu, dulunya dikerjakan oleh CV.Duta Baru Grup dengan nomor kontrak 369/SPMK/APBD/PDK/IX/2014 Dengan nilai kontrak sebesar Rp. 916.300.300,-
Camat minas H.Hendra Adi Nugraha, saat dikonfirm wartawan INVESTIGASINEWS.CO, mengatakan bahwa ia tidak tahu karena yang berwewenang atas gedung tersebut adalah dinas pendidikan & kebudayaan Kabupaten Siak.
Begitu pula, Ayang Bahari selaku Penghulu Kampung Minas Barat, senada juga dengan Camat Minas. Bahwa juga tidak tahu karna itu wewenang dinas terkait. Ayang Bahari, bahkan sudah sempat mengajukan proposal terhadap dinas pariwisata kabupaten siak sekitar tahun 2017 silam guna mengisi barang yang dibutuhkan didalam museum.
"Yang namanya musem kan gak mungkin kosong. Musti ada isinya, dan saya sudah ajukan proposal tahun lalu kepada dinas pariwisata untuk mengisi gedung tersebut tapi sampai saat ini belum ada kabar", keluh Ayang Bahari.
Terkait hal tersebut, selaku Pemangku Adat Suku Sakai Kecamatan Minas, Bapak Muhktar Rhouf, Sabtu 10/02/2018 kepada INVESTIGASINEWS.CO, menyampaikan keprihatinannya.
"Mungkin dananya masih tersangkut tapi entah dimana kita tidak tahu pemerintah lah yang tahu itu. Dan saya berharap kepada Pemerintah kabupaten siak agar dapat kiranya secepatnya musium tersebut diselesaikan pembangunannya. Sebab sekarang gedung itu sudah banyak yang rusak belum lagi ada sebagian yang belum selesai, Sebab cagar budaya itu bukan hanya menjadi kebanggaan suku sakai saja, namun juga kebanggaan masarakat Kabupaten Siak dan Riau umumnya", ujarnya.
Ditanya apa harapannya, "Harapan saya kedepannya terhadap pemerintah kabupaten siak kalau mau membangun itu janganlah setengah-setengah haruslah sampai selesai. Saat ini saya berniat mengisi gedung itu dengan alat tradisional suku sakai. Namun bagaimana caranya, gedungnya saja belum rampung. Sebab dengan kondisi gedung tersebut seperti saat ini yang malu adalah saya selaku pemangku adat suku sakai, sebab kebudayaan suku sakai ini sudah dikenal ditingkat Nasional. Saya sudah ke TMI (taman mini Indonesia ) kemarin menampilkannya masa di Minas sendiri tidak bisa tampil", tutup Muhktar Rhouf kepada INVESTIGASINEWS.CO.***ih
SIAK-MINAS. Gedung museum suku sakai yang dibangun pada tahun 2014 silam oleh dinas Pendidikan & kebudayaan kabupaten siak di kecamatan Minas, menelan biaya hampir 1 miliar rupiah ini, terkesan mubazir dan hingga kini tidak difungsikan sama sekali oleh pemerintah kabupaten siak. Ada apa?
Hasil tinjauan langsung INVESTIGASINEWS.CO di lokasi gedung, Sabtu 10/02/2018, tampak jelas bahwa bangunan gedung tersebut belum bisa dikatakan rampung 100%. Tampak juga plapon ada yang belum terpasang bahkan sudah ada yang rusak akibat tidak di rawat. Engsel pintu juga belum terpasang dan tangga musium pun belum di relif sama sekali. Sangat terkesan pembangunannya asal jadi saja.
Bangunan tersebut itu, dulunya dikerjakan oleh CV.Duta Baru Grup dengan nomor kontrak 369/SPMK/APBD/PDK/IX/2014 Dengan nilai kontrak sebesar Rp. 916.300.300,-
Camat minas H.Hendra Adi Nugraha, saat dikonfirm wartawan INVESTIGASINEWS.CO, mengatakan bahwa ia tidak tahu karena yang berwewenang atas gedung tersebut adalah dinas pendidikan & kebudayaan Kabupaten Siak.
Begitu pula, Ayang Bahari selaku Penghulu Kampung Minas Barat, senada juga dengan Camat Minas. Bahwa juga tidak tahu karna itu wewenang dinas terkait. Ayang Bahari, bahkan sudah sempat mengajukan proposal terhadap dinas pariwisata kabupaten siak sekitar tahun 2017 silam guna mengisi barang yang dibutuhkan didalam museum.
"Yang namanya musem kan gak mungkin kosong. Musti ada isinya, dan saya sudah ajukan proposal tahun lalu kepada dinas pariwisata untuk mengisi gedung tersebut tapi sampai saat ini belum ada kabar", keluh Ayang Bahari.
Terkait hal tersebut, selaku Pemangku Adat Suku Sakai Kecamatan Minas, Bapak Muhktar Rhouf, Sabtu 10/02/2018 kepada INVESTIGASINEWS.CO, menyampaikan keprihatinannya.
"Mungkin dananya masih tersangkut tapi entah dimana kita tidak tahu pemerintah lah yang tahu itu. Dan saya berharap kepada Pemerintah kabupaten siak agar dapat kiranya secepatnya musium tersebut diselesaikan pembangunannya. Sebab sekarang gedung itu sudah banyak yang rusak belum lagi ada sebagian yang belum selesai, Sebab cagar budaya itu bukan hanya menjadi kebanggaan suku sakai saja, namun juga kebanggaan masarakat Kabupaten Siak dan Riau umumnya", ujarnya.
Ditanya apa harapannya, "Harapan saya kedepannya terhadap pemerintah kabupaten siak kalau mau membangun itu janganlah setengah-setengah haruslah sampai selesai. Saat ini saya berniat mengisi gedung itu dengan alat tradisional suku sakai. Namun bagaimana caranya, gedungnya saja belum rampung. Sebab dengan kondisi gedung tersebut seperti saat ini yang malu adalah saya selaku pemangku adat suku sakai, sebab kebudayaan suku sakai ini sudah dikenal ditingkat Nasional. Saya sudah ke TMI (taman mini Indonesia ) kemarin menampilkannya masa di Minas sendiri tidak bisa tampil", tutup Muhktar Rhouf kepada INVESTIGASINEWS.CO.***ih