Oleh : Najwan Muhajir Al ghazi
Prodi Ilmu Politik
UIN Ar-Raniry
INVESTASIGASINEWS.CO
Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Ar-Raniry
Banda Aceh sukses menyelenggarakan Stadium General dan diskusi publik bertema: 'Menggali Interseksionalitas dalam Isu Gender dan Keadilan Sosial di Aceh'.
Acara ini merupakan bagian dari proyek kelas Mata Kuliah Gender dan Politik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap konsep interseksionalitas dan perannya dalam menciptakan keadilan sosial
Acara tersebut menghadirkan dua narasumber yang berpengalaman dalam isu gender dan sosial
Dessy Setiawaty, perwakilan dari Yayasan Kesejahteraan Perempuan Indonesia (YKPI), dan Bayu Satria, pendiri Youth Ide.
Kedua narasumber memberikan wawasan mendalam tentang tantangan yang dihadapi kelompok rentan di Aceh serta solusi berbasis kesetaraan dan keberlanjutan
Dalam diskusi Dessy Setiawaty mengatakan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat Aceh.
"Mengubah pandangan masyarakat dimulai pada individu. Kesadaran ini kemudian menyebar ke masyarakat untuk mengedukasi pentingnya kesetaraan gender. Memberdayakan wanita dengan memberikan mereka alat dan sumber daya adalah langkah penting menuju keadilan sosial", ujar Dessy
Dessy juga mengatakan bahwa memberikan pemberdayaan kepada perempuan tidak hanya berdampak kepada individu tetapi dapat mengedukasi kepada masyarakat serta memperkuat jaringan sosial.
Dalam paparannya Dessy menyampaikan masih banyak kekerasan yang dialami perempuan berbasis gender.
“Banyak sekali temuan-temuan di lapangan kekerasan yang berbasis gender secara angka kalau bicara di Indonesia sangat tinggi. Kalau bicara kekerasan berbasis gender terhadap perempuan komnas ham saja setiap tahun merilis laporannya dan itu tiap tahun meningkat”, ujar Dessy.
Dalam diskusi publik Dessy Setiawaty mengatakan bahwa perlu ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses setiap bidang.
“Kita hadir bukan untuk memposisikan perempuan di atas laki laki, tidak, tapi bagaimana perempuan mempunyai akses yang sama seperti laki laki pada kehidupan sosial. Laki laki selalu diposisikan lebih prioritas. Mau itu pada akses pendidikan, maupun pada partisipasi di kampung, bisa melalui rapat rapat kampung itu kan yang hadir kebanyakan laki laki. Kalau perempuan sengaja dibikin malam supaya perempuan tidak ada yang hadir”, sambung Dessy.
“Teman-teman kita dari kelompok rentan saat ini belum bisa banyak akses terhadap fasilitas. Misalnya ada penyandang disabilitas yang ingin ke kampus, tapi di kampus tidak ada fasilitas untuk penyandang disabilitas”, tutup Dessy
Sementara, Bayu juga mengatakan kaum muda generasi Gen Z adalah kekuatan terkuat untuk menyuarakan kepedulian kepada kelompok rentan disabilitas.
"Salah satu kekuatan kaum muda Gen Z itu adalah nilai kerelawannya yang sangat peduli contoh coba aja kasih mereka ruang untuk berbicara setelahnya ya dia bisa berkembang dengan gagasan baru atau ide-idenya", ujar Bayu.***
Oleh : Najwan Muhajir Al ghazi
Prodi Ilmu Politik
UIN Ar-Raniry