INVESTIGASINEWS.CO
Borong, Manggarai Timur — Nazaria Tasia Laka (11th), seorang anak yatim-piatu asal Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, harus berjuang melawan penyakit tuberkulosis paru (TB paru) dan HIV/AIDS di tengah kondisi ekonomi keluarga yang sangat terbatas.
Tasia, yang kini duduk di bangku kelas 5 SD, telah didiagnosis menderita TB paru dan gejala HIV/AIDS stadium 3 sejak ia berada di kelas 2 SD. Ia kini dirawat oleh kakek dan neneknya yang sudah lanjut usia.
Ayahnya meninggal dunia saat Tasia berusia 5 bulan, dan ibunya menyusul wafat ketika ia berumur 3 tahun.
“Mereka hidup pas-pasan. Kakek dan nenek Tasia bekerja serabutan, bahkan ke kebun tetangga dengan upah Rp50.000 per hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Tasia,” ujar Ehji Serlenso, kerabat keluarga, kepada InvestigasiNews.co, Jumat malam, 13 Juni 2025.
Hingga berita ini diturunkan, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur belum memberikan bantuan apa pun kepada Tasia. Juga belum didapat keterangan dari OPD terkait.
Demikian juga Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Manggarai Timur hingga kini belum menunjukkan upaya penanganan atas kasus Tasia. Padahal, terdapat program Yayasan Peduli Indonesia (YAPI) yang telah dibuka secara resmi, khusus untuk mendukung kehidupan anak-anak yatim dan piatu.
Program ini bertujuan memberikan dukungan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua, terutama dalam hal pendidikan dan kebutuhan dasar.
Melalui skema Asistensi Rehabilitasi Sosial Anak (ATENSI Anak), bantuan diberikan setiap bulan sebesar Rp200.000 per anak, langsung ke rekening yang didaftarkan. Selain uang tunai, beberapa anak juga bisa mendapatkan bantuan barang sesuai kebutuhan khusus masing-masing.
Kasus Tasia menunjukkan adanya kekosongan peran lembaga perlindungan anak di tingkat daerah.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait diharapkan segera turun tangan sebelum kondisi Tasia semakin memburuk. Entah sampai kapan.***fr